Oleh: Bahren Nurdin, MA
Salah satu bentuk nyata ‘kegagalan’ mahasiswa itu adalah lambat tamat. Saya beri tanda kutif pada kata ‘kegagalan’ karena kata ‘gagal’ di situ tidak bisa diartikan secara saklak ketidak berhasilan. Banyak kok yang lambat tamat tapi memiliki prestasi luar biasa. ‘Gagal’ di sini paling tidak diartikan ketidakmampuan menepati waktu normal yang telah ditetapkan oleh kampus atau memenuhi harapan orang tua yang ingin anaknya cepat wisuda. Harusnya 8 semester, tapi kok sudah 10 semeseter belum juga menulis skripsi?
Idealnya, kuliah tepat waktu dengan segudang prestasi. Itu baru ‘te o pe’. Orang tua bangga, biaya tidak banyak habis, kampus tidak lama-lama menanggung beban, negara tidak terlalu lama memberi subsidi, dosen tidak sempat ‘bosan’ karena ketemu setiap semester, kawan-kawan juga tidak selalu dengan adik kelas karena ngulang terus, dan seterusnya. Hehehe.
Untuk mencapai kondisi ideal ini (goal) tentu harus ada tips dan triknya. Jika begitu bisa kita menggunakan ‘SMART’ goal setting. SMART singkatan dari ‘specific, measurable, attainable, realistic and timely.’ Dan, goal (tujuan) yang hendak dicapai, misalnya Indek Prestasi (IP) tinggi dengan waktu study ‘on time’.
Specific; tujuan harus jelas dan detail. Pada konteks ini mahasiswa tidak bisa mengatakan “saya ingin tamat dengan IP tinggi”. Kata ‘tinggi’ belum spesifik. Harusnya, “saya harus tamat dengan Indek Prestasi Komulatif (IPK) 3.80”. Spesifik angka yang hendak dicapai. Angka inilah kemudian yang menentukan langkah selanjutnya.
Measrable; harus terukur. Untuk mendapatkan IPK 3.80 harus jelas langkah-langkah yang dilakukan. IP 3.80 artinya setiap semester harus memperoleh IP tidak boleh kurang dari angka itu. Jika ada saja satu atau dua semester yang kurang, jelas 3.80 tidak akan keluar sebagai angka komulatif. Untuk mencapai IP 3.80 setiap semester, artinya tidak boleh ada mata kuliah yang dapat C, minimal B atau A. Untuk mendapat nilai B atau A, tidak boleh bolos kuliah dan semua tugas harus dikerjakan. Semua langkah-langkah ini harus dapat dirasionalisasikan.
Attainable dan realistic; dua hal ini sejalan yaitu tujuan itu harus dapat dicapai dan realistis. Jangan sampai, karena saking semangatnya seorang mahasiswa membuat ‘goal’ yang melangit sehingga tidak dapat dicapai dan tidak masuk akal. Katakanlah, “saya ingin tamat S1 dalam waktu 2.5 tahun dengan IPK 4”. IP 4 boleh jadi, tapi dalam waktu 2.5 tahun itu tidak realistis karena kampus menyediakan maksimal 26 SKS per semester. Itu artinya selama 2.5 tahun baru diperoleh 78 SKS. Tidak boleh S1 tamat dengan 78 SKS. Tidak realistis!
Timely; berjangka waktu. Pada seminar-seminar motivasi di kalangan mahasiswa saya sering sampaikan kepada mereka untuk menetapkan waktu wisuda dengan jelas. Bisa dihitung kok. Misalnya, kampus mengadakan wisuda seabanyak 3 kali setahun. Biasanya bulannya sudah ditentukan seperti Maret, Juli dan November. Tetapkan, “saya wisuda November 2020 dengan IPK 3.80”. Tulis besar-besar di meja belajar atau di dek (plfon) kamar anda tepat di atas tempat tidur. Jadi, sebelum tidur masih sempat membaca ‘goal’ anda.
Akhirnya, jadilah mahasiswa SMART. Ingat, “A goal without plan is just a wish” (Tujuan atau impian tanpa perencanaan yang baik tidak ubahnya sebuah khayalan). Rencanakan segala sesuatunya dengan cerdas agar apa yang diimpikan tidak hanya menjadi khayalan belaka. Cuma ingin saja tidak cukup, tapi keluarkan segala potensi yang ada untuk mencapainya. Be smart! #BNODOC27129092017
*Akademsi UIN STS dan Motivator Pendidikan. Tinggal di Jambi
Discussion about this post