Oleh: Bahren Nurdin, MA
Apa itu ‘Gizmo’? Apakah kedengarannya aneh? Sedikit aneh karena kita tidak terbiasa mengucapkannya, atau bahkan tidak pernah. Betul, saya rasa ‘Gizmo’ adalah sebuah istilah ‘yang terlupakan’ di dunia persilatan alat komunikasi. Biar tidak repot-repot anda mencari kamus, ‘Gizmo’ itu istilah lain dari ‘Gadget’. Oooo…(bulat).
Pada artikel ini saya gunakan istilah ‘Gizmo’ bukan ‘Gadget’.Ini hanya persoalan pilihan kata. Salah satu ‘Gizmo’ yang paling akrab dengan anda adalah ‘Smartphone’ (telfon pintar). Jadi, kata ‘Gizmo’ yang saya gunakan dalam artikel ini juga mengacu pada ‘Smartphone’, walaupun masih banyak ‘devices’ lain sebenarnya.
Jika di buat survey dengan pertanyaan ‘apa saja benda yang selalu bersama anda selama 24 jam?”. Sudah dapat dipastikan jawabannya adalah ‘Gizmo’. Inilah benda ‘istimewa’ di abad ini. saking istimewanya, ia selalu dibawa orang dari (maaf) kamar mandi hingga kamar tidur. Tidak pernah terpisah.
Anda boleh tidak punya uang, tapi jangan coba-coba tidak punya ‘Gizmo’. Dunia seakan kiamat jika tidak menggenggam benda satu ini. Semua orang, tanpa terkecuali, sudah sangat sibuk dengan benda ini dalam melewati detik-detik kehidupannya.
‘Gizmo’ memang telah membawa banyak kemudahan dalam dunia komunikasi. Alat ini telah membuat dunia tanpa tapal batas. Bahkan, meniadakan sekat waktu. Orang boleh mengakses kejadian di ujung dunia pada saat yang sama. Alat ini pula yang telah ‘menyatukan’ manusia dalam ruang dan waktu yang sama walaupun fisik mereka entah di mana. Mendekatkan yang jauh, mencari yang hilang, dan menyatukan yang terpisah.
Gaya hidup masyarakat pun mengalami pergeseran khususnya dalam tatanan sosial kemasyarakatan.
Tanpa menafikkan dampak positif yang didapatkan dengan kemajuan dan kemudahan komunikasi akan penggunaan ‘Gizmo’ zaman ini, ternyata dampak negatifnya juga sangat luar biasa. Coba lihat sekeliling anda saat ini. orang-orang sudah sibuk dengan dirinya sendiri. Mata mereka tertuju kelayar ‘Gizmo’ yang mereka miliki. Mereka senyum sendiri, tertawa sendiri, ‘ngoceh’ sendiri, bahkan ada yang sampai terjatuh masuk selokan hanya gara-gara menggunakan ‘Gizmo’ sambil berjalan. Mereka cenderung abai dengan lingkungan sekitar.
Buktikan saja, di rumah orang tua dan anak-anak mereka sudah sibuk dengan ‘gizmo’ masing-masing. Tidak ada lagi komunikasi ‘manusia’ yang terjalin. Yang dilakukan adalah komunikasi ala ‘Gizmo’. Tinggal di bawah satu atap tapi komunikasi dilakukan dengan memanfaatkan sosial media yang ada di ‘Gizmo’. “Ma, minta kopi, dong”. Pesan WA seorang suami pada isterinya. Tidak lama kemudian keluar gambar secangkir kopi di layar ‘Gizmo’ sang suami. Hiks.
Tatanan sosial di tengah masyarakat juga sudah sangat ‘terganggu’ dengan kehadiran ‘Gizmo’ bersama media-media sosial yang menghiasinya. Orang-orang berkumpul bersama tapi tanpa kebersamaan. Orang-orang tidak lagi berbincang satu sama lainnya walaupun mereka duduk bersama-sama. Di tempat-tempat umum yang biasa digunakan untuk saling sapa sudah tidak ditemukan lagi jalinan sosial antar ‘manusia’. Semua orang sudah sangat sibuk dengan dirinya sendiri.
Hal ini sering saya sampaikan, ternyata ‘Gizmo’ tidak hanya mampu mendekatkan yang jauh, tapi juga menjauhkan yang dekat. Mendekatkan yang jauh artinya kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang dibelahan dunia mana saja (borderless). Tapi di sisi lain, alat ini sudah menjauhkan yang dekat. Ada teman duduk di sebelah kita, tidak kita kenal. Ada anak istri di rumah, tetangga, sahabat karib, teman sekantor, dan lain-lain terabaikan.
Jika begitu, sudah saatnya kita melakukan ‘GENCATAN GIZMO’. Gencatan artinya menghentikan. Kita sudah harus memulai gerakan sosial pelarangan penggunaan ‘Gizmo’ pada waktu atau tempat tertentu, baik tertulis maupun tidak tertulis. Aturan tertulis bisa berupa undang-undang atau sejenisnya yang memberikan larangan kepada masyarakat dalam menggunakan ‘Gizmo’ seperti halnya pelarangan merokok di tempat umum. Tidak ada salahnya.
Larangan tidak tertulis dapat dilakukan dengan membangun kesadaran bersama bahwa orang dianggap ‘aneh’ jika masih otak-atik ‘Gizmo’ sementara ada teman ngobrol di sebelahnya. Hal ini sudah berlaku misalnya ketika masih ada orang yang menghidupkan (suara) ‘Gizmo’ di masjid. Mereka akan dianggap ‘udik’.
Akhirnya, gencatan ini sudah harus dilakukan sebelum semuanya terlambat. Jika tidak, yakinlah tidak lama lagi kita akan melihat zombie-zombie bergentayangan di tengah masyarakat. Zombie digambarkan sebagai mayat yang tidak berpikiran dan bernafsu memangsa manusia, khususnya otak manusia yang dijadikan target santapan utamanya (Wikipedia). Kitalah yang akan jadi zombie itu! Mau?
#BNODOC52022017
*Akademisi dan Pengamat Sosial tinggal di Jambi
Discussion about this post