[KESATU: Kemajuan zaman yang ditandai oleh berkembangnya berbagai program dan aplikasi di dunia pendidikan membuat peran guru semakin tergeser. Kehadiran program RuangGuru, misalnya dan beberapa situs lainnya telah sangat membantu para peserta didik untuk mempelajari materi-materi di sekolah dengan menggunakan gadget tanpa kehadiran guru. Materi-materi belajar dapat dengan mudah dipahami karena dilengkapi dengan berbagai feature yang ‘asyik’ dan menarik. Siswa bisa belajar kapan saja dan dimana saja. Peran guru tergantikan!]
Ketika peran guru sebagai pengajar telah diambil alih oleh gadget, maka tawaran yang paling memungkinkan adalah mempertegas keberadaan mereka sebagai pendidik. Mengajar tidak sama dengan mendidik. Mengajar semata mentransfer ilmu pengetahuan, sementara mendidik memiliki berbagai dimensi.
Mempertegas kembali apa yang Jack Ma (Pemilik Alibaba) sampaikan bahwa “the machines will never be able to win man, this my belief. Because machines only have the chips, humans have the hearth” (mesin mengandalkan chip sementara manusia memiliki hati).
Maka dari itu, jika tidak mau jadi ‘mesin’, peran guru harus betul-betul ditempatkan sebagai pendidik yang mengedepankan hati. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh aplikasi secanggih apa pun di jagat raya ini. Ada beberapa peran guru yang tidak tergantikan oleh ‘mesin’ yaitu:
Pertama, sebagai motor. Guru harus berfungsi sebagai penggerak peserta didik untuk melakukan pembangunan mental spiritual (SDM). Masing-masing peserta didik memiliki gaya gerak berbeda di dalam diri. Yakinlah ‘mesin’ tidak akan bisa membaca dan memahaminya, tapi sesama manusia bisa. Disinilah peran guru sangat diperlukan. Pencapaian prestasi tidak hanya cukup mengandalkan kemampuan kognitif (otak) tapi harus digerakkan dengan hati dan jiwa.
Keberadaan guru harus mampu mengayomi, membimbing, dan mengarahkan segala kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Secara psikologis, para siswa bisa saja dihadapkan dengan berbagai persoalan kehidupan remaja mereka. Mereka sangat memerlukan arahan dan bimbingan dari orang-orang yang mereka percaya. Guru harus dapat dipercaya mengemban tugas ini.
Kedua, sebagai motivator. Apa itu motivasi? Beberapa pakar merumuskannya melalui halaman wikipedia.com _“Motivation is the reason for people’s actions, desires and needs. An individual’s motivation may be inspired by others or events (extrinsic motivation) or it may come from within the individual (intrinsic motivation). Motivation has been considered as one of the most important reasons that inspires a person to move forward”._ Jadi, motivasi itu merupakan alasan bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi terbagi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi merupakan alasan yang paling penting bagi seseorang untuk bergerak ke depan.
Peran guru motivator adalah membantu para siswa untuk menemukan ‘the most important reasons’ tersebut di dalam diri mereka agar terus mengalami pertumbuhan dan kemajuan dalam belajar.
Ketiga, sebagai aktor. Bermain peran bagi seorang guru terhadap para peserta didiknya saat ini sangat dibutuhkan. Layaknya aktor di dalam sebuah film, guru harus bisa bermain peran. Suatu waktu ia bisa sebagai ayah atau ibu, lain kesempatan dia bisa sebagai abang atau kakak, atau bahkan dalam keadaan tertentu dia harus mampu memposisikan diri sebagai teman atau sahabat.
Peran ini sangat penting dimainkan guru untuk mendampingi mereka. Sama-sama diketahui bahwa saat ini para siswa di Indonesia dalam ancaman bahaya narkoba. Para bandar akan terus berusaha menjadikan siswa (juga mahasiswa) sebagai pasar ‘bebas’ perdagangan barang haram itu. Peran pendampingan sangat diperlukan.
Akhirnya, saatnya para pendidik mengubah paradigma yang ada. Tugas guru mengajar di depan kelas sudah semakin berkurang karena tergantikan oleh kemajuan teknologi dan informasi. Tapi bukan berarti tugas sebagai pendidik menurun pula, justeru harus semakin diperkuat. Berubahlah dari PENGAJAR menjadi PENDIDIK.
Discussion about this post