Adalah dua anak muda kreatif bernama Iman Usman dan Adamas Belva Devara yang saat ini berhasil masuk ke dalam daftar Majalah Forbes Asia sebagai anak muda yang berusia di bawah 30 tahun namun berhasil membuat perubahan menggunakan teknologi. Mereka berdua adalah pendiri teknologi belajar melalui program (aplikasi) Ruang Guru. Ruang Guru merupakan perusahaan teknologi terbesar dan terlengkap di Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan dan telah memiliki lebih dari 6 juta pengguna serta telah mengelola lebih dari 150.000 guru yang menawarkan jasa di lebih dari 100 bidang pelajaran (ruangguru.com).
Akhir-akhir ini keberadaannya semakin diterima di tengah masyrakat terutama kalangan siswa. Aplikasi belajar yang disediakan telah banyak mempengaruhi pola belajar siswa. Kehidupan siswa yang sangat intim dengan gadget (smart phone) telah dimanfaatkan oleh perusahaan ini untuk menjual produk bahan ajarnya melalui aplikasi.
Intinya, siswa senang belajar karena untuk belajar mereka tidak perlu terpisah lagi dengan benda kesayangan mereka yaitu gadget. Sudah sama-sama dipahami bahwa zaman melinial asaat ini, anak muda paling takut dipisahkah dari gadget. Apa pun aktivitas yang dilakukan harus bersama benda ‘ajaib’ tersebut.
Dengan aplikasi dan konten yang disediakan, peran guru benar-benar diambil alih. Semua kebutuhan siswa dipenuhi. Ruangguru menawarkan video belajar berlangganan, marketplace les privat, layanan bimbingan belajar on-demand, tryout ujian online, dan lain-lain. Intinya, gadgetku guruku. Main gadget sambil belajar, di mana saja, kapan saja, dalam kondisi apa saja. Menyenangkan dan mudah dipahami karena berbasis teknologi.
PERAN GURU TERGANTIKAN
Tentu, ruangguru.com bukan satu-satunya penyedia layanan belajar berbasis teknologi baik yang berbayar maupun yang gratis. Ada begitu banyak penyedia lainnya. Belum lagi video-video gratis yang tersedia di youtube.com. Banyak sekali materi ajar atau tutorial-tutorial yang disedikan. Anak muda saat ini benar-benar dimanjakan oleh teknologi.
Itu artinya, peran guru di kelas mulai tergeser. Para siswa tidak perlu lagi mendengarkan guru di depan kelas karena apa yang dijelaskan guru sudah dijelaskan oleh teknologi. Bisa jadi, penjelasan yang tesedia jauh lebih mudah dipahami ketimbang yang dipaparkan guru di dalam kelas menggunakan buku cetak. Jika begitu peran guru sudah tergantikan.
Ya. Tidak bisa dinafikan, cepat atau lambat peran guru dalam hal mengajar akan tergantikan oleh kemajuan teknologi dan komunikasi!
REPOSITIONING PERAN GURU
Jika peran guru sebagai pengajar telah digantikan oleh kemajuan teknologi dan informasi, maka apakah kita tidak perlu guru lagi? Tidak juga begitu. Keberadaan guru tetap dibutuhkan. Namun, peran dan fungsinya harus ditata ulang (repositioning).
Posisi dan keberadaan guru harus digeser dari ‘PENGAJAR’ menjadi ‘PENDIDIK’. Hal ini sangat perlu dipahami oleh para guru saat ini. Mengajar itu ‘transfer of knowledge’ alias membagi ilmu pengetahuan (kognitif). Peran inilah yang saat ini telah ‘diambil alih’ oleh teknologi dan aplikasi komunikasi. Lebih canggih dan disukai siswa.
Sementara mendidik tidak hanya sekeder memberikan ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu ia merupakan upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak peserta didik yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi. Jack Ma (owner Alibaba) pernah mengatakan, “the machines will never be able to win man, this my belief. Because machines only have the chips, humans have the herth” (mesin mengandalkan chip sementara manusia memiliki hati).
Pada konteks ini, guru yang selama ini memposisikan dirinya sebagai ‘mesin’ pengajar akan segeri tersingkirkan oleh mesin aplikasi yang tersedia di smartphone. Mereka akan tergeser dan ‘terbuang’. Tapi bagi guru-guru yang mengajar dengan hati, tidak perlu khawatir karena posisi hati tidak akan tergantikan. (bersambung… .)
Discussion about this post