Agaknya gonjang -ganjing pergantian pejabat di Provinsi Jambi ini masih saja menarik perhatian publik. Paling tidak, hal ini terlihat dari ‘perseteruan’ antara Gubernur Jambi dan mantan Sekda yang baru diberhentikan. Sedang ‘berbalas pantun’. Mantan sekda tidak terima dengan pemberhentiannya melalui surat tanpa nomor dan tidak menyebutkan dimana tempat bertugas barunya. Sementara itu, dalam sebuah surat kabar, Gubernur menyebutkan bahwa yang bersangkutan dipecat karena tidak cakap.
Perseteruan semacam ini sesungguhnya tidak perlu terjadi. Masing-masing pihak harus saling menahan diri sehingga tidak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Mereka harus mengedepankan kepentingan raknyat bukan kepentingan pribadi. Tidak perlu pula berbalas pantun di media massa karena diyakini tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan memperkeruh suasana.
Sebagai orang-orang yang faham akan hukum juga aturan main birokrasi dan organisasi, seharusnya masalah ini dapat diselesaikan dengan arif dan bijaksana. Sangat sederhana, gubernur, dengan segala kuasa yang ada di tangnnya tinggal memanggil bawahannya. Berikan penjelasan dan pemahaman yang baik sehingga dapat saling mengerti. Begitu juga sang bawahan yang harus mengormati keputusan dari atasannya. Selesai!
Jika musyawarah dan kekeluargaan tidak dapat ditempuh, manfaatkan jalur hukum. Artinya, jika mantan sekda tidak terima dengan surat keputusan (SK) pemberhentiannya, boleh digugat melalui PTUN. Namun demikian, sekali lagi, kedepankanlah kepentingan orang banyak. Mengedepankan ketentraman dan ketenangan masyarakat Jambi rasanya jauh lebih penting ketimbang memunculkan hiruk-pikuk jabatan.
Maka dari itu, sudahilah segala perseteruan yang terjadi dan fokuslah bekerja untuk menorehkan prestasi-prestasi demi masyarakat Jambi. Gubernur beserta wakil fokuslah mewujudkan janji-janji politik yang sudah diumbar pada saat kampanye dulu. Masyarakat masih menanti dengan harap perwujudan Jambi TUNTAS. Jangan pula terlalu banyak menghabiskan energi untuk mengurusi hal-hal yang ‘remeh-temeh’.
Kepada pejabat yang saat ini kebetulan ‘dirumahkan’ terimalah dengan lapang dada. Jabatan itu titipan Allah yang kapan saja bisa diambilNya. Tidak perlu kecewa apa lagi harus murka. Jika Allah berkendak, pasti akan diberi jabatan baru. Jika tidak, Allah mungkin sedang meminta untuk mengintrospeksi dan membenahi diri. Yakinlah, segala yang datang dari Allah pasti yang terbaik.
Akhirnya, pesan dari tulisan singkat ini, masing-masing pihak yang sedang ‘berseteru’ sudahilah perseteruan itu dan fokuslah bekerja untuk rakyat. Perseteruan hanya akan membuat rakyat kehilangan rasa hormat dan simpati. Torehkanlah prestasi sebagai tanda bakti. Dinginkan kepala dan hati hingga tidak sampai memutus tali silaturrahmi. Semoga.
Discussion about this post