Oleh: Bahren Nurdin, MA
Ada kesadaran yang harus betul-betul dipahami oleh setiap orang bahwa segala sesuatunya memerlukan proses. Untuk mencapai suatu kesuksesaan dibutuhkan proses. Terkadang, makna kesuksesan itu sendiri terletak pada proses yang dijalani. Itu artinya, siapa yang berani menjalani setiap proses yang ada, dialah yang akan sampai pada puncak sukses yang diinginkan.
Mari mengambil filosofi pedang. Anda tahu pedang terbuat dari apa? Betul, pedang itu terbuat dari besi. Besi yang bagaimana kemudian yang akan menjadi pedang? Besi yang bagus, kuat, baja pilihan, dan lain-lan? Salah! Tenyata, besi yang akan menjadi pedang itu adalah besi yang menyediakan dirinya untuk ‘siksa’. Besi yang tidak menolak untuk dibakar sampai merah, dipukul ribuan kali, digerinda sampai menipis, dicelupi air berulang kali. Sebuah proses panjang dan ‘penyiksaan’ yang amat sangat menyakitkan. Andailah besi itu menolak untuk ‘dirajam’ sedemikian, maka ia tidak akan pernah menjadi pedang. Dapat dipastikan ia akan berakhir sebagai besi tua yang karatan tak berguna!
Itulah pedang, semakin lama ditempa maka ia akan semakin bernilai tinggi. Ia akan semakin bagus dan tajam. Harganya pun akan semakin mahal. Pedang kemudian berhak menentukan harganya sendiri, sementara besi tua berakhir dengan harga ‘kiloan’; murah. Jika begitu apa yang menentukan dan membedakan harga mereka? Proses!
Akhir-akhir ini banyak masyarkat kita yang tidak lagi ‘suka’ dengan proses. Maunya serba instant dan cenderung mengambil jalan pintas. Karena tidak mau menyediakan diri untuk berproses, mereka kemudian menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan. Lihatlah praktek-praktek yang sering terjadi. Mau cepat kaya, korupsi, menipu, curang, dll. Mau cepat naik jabatan, nyogok, menjilat, dan mengabaikan harga diri. Mau cepat lulus sekolah/kuliah, nyontek. Mau cepat terkenal, memfitnah orang lain. Dan lain sebagainya.Sungguh, cara-cara yang jahat dan melawan kehendak nurani.
Jika mengambil pelajaran dari proses sebilah pedang, maka untuk mencapai kesuksesan itu ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor. Bahasan artikel kecil ini, paling tidak ada dua perkara utama. Pertama, kesediaan diri untuk berproses. Tumbuh dari dalam dirinya kesadaran yang utuh bahwa dalam hidup ini tidak ada yang instant. Sesuatu yang didapat dengan cepat, maka biasanya juga akan hilang dengan pesat. Maka dengan niat yang kuat untuk menjalani setiap detail proses yang dilewati, akan menjadikannya rela menghadapi segala ‘sakit’ yang dilalui. Dan sebaliknya, Jika tidak ada kesediaan diri atau niat yang kuat itu, maka akan berat sekali menghadapinya. Tidak hanya berat, bisa-bisa mundur ditengah jalan. Jadilah ia pecundang!
Kedua, Si Pandai besi. Kesediaan Si Pandai besi juga menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas pedang yang dihasilkan. Jika dibawa kedalam kehidupan sehari-hari, pandai besi ini banyak sekali. Kita ambil contoh di kampus. Salah satu pandai besi itu adalah dosen. Maka jangan marah jika ada dosen ‘killer’. Pada batas kewajaran, seorang dosen ‘menyiksa’ mahasiswanya dengan begitu banyak tugas, begitu ketat dalam disiplin waktu, begitu ‘cerewet’ dengan sikap dan prilaku, begitu ‘kejam’ saat ujian, dan lain sebagainya. Berbahagialah karena dosen tersebut sedang menjadikan anda pedang yang bernilai tinggi.
Dan sebaliknya, jangan senang jika ada dosen yang begitu ‘permisif’ bahkan cenderung tidak peduli. Boleh datang terlambat. Boleh tidak mengumpulkan tugas. Boleh nyontek waktu ujian. Serba boleh dan nilai yang diberikan A. Mahasiswa harusnya marah pada dosen-dosen yang seperti ini karena ia sedang menjadikan mahasiswanya ‘besi tua’. Anehnya, banyak mahasiswa yang menyukai dosen-dosen seperti ini.
Akhirnya, untuk mencapai suatu kesuksesan harus ditanamkan pemahaman bahwa tiada kesuksesan tanpa proses. Kesuksesan yang didapat dari jalan pintas dan menghalalkan segala cara adalah kesuksesan yang semu dan palsu. Menikmati proses adalah salah satu cara menikmati kesuksesan itu sendiri.
#BNODOC9809042017
*Akademisi UIN STS Jambi dan Motivator Pendidikan / Master Hypno-Teaching. Domisili di Jambi.
Discussion about this post