Oleh: Bahren Nurdin, MA
[Kedua: ‘tempat’ dan ‘waktu’ tidak hanya sekedar memberi ‘meaning’ (makna) tapi sampai pada persoalan etika; pantas tidak pantas. Bukan kata-kata atau fotonya yang salah, tapi ‘timing’-nya yang tidak pas sehingga bisa jadi menimbulkan masalah atau bahkan membahayakan diri pengunggah atau orang lain. Cerdaslah!]
Ketiga, The way we use language is inseparable from who we are and the different social groups to which we belong. Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya (wikipeidia.org). Pada konteks bermedia sosial kelompok sosial ternyata sangat berkontribusi menentukan makna kata-kata dan foto-foto yang diunggah.
Kata-kata yang tertulis di status-status media sosial akan dimaknai sesuai dengan ‘social group’ (kelompok sosial) yang terbentuk. Apa yang menjadi persoalan kemudian adalah bahwa interkaksi yang terjadi di media sosial adalah interaksi yang terbuka tanpa batas. Sangat memungkinkan terjadinya interaksi satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.
Maka tidak jarang kemudian terjadi kesalahpahaman. Misalnya akan keluar kalimat “Ah…kalo kami tidak masalah, mengapa mereka yang ribut?”. Pada kelompok sosial tertentu mengeluarkan kata-kata yang pedas, saling caci, saling serang, dan seterusnya mungkin sudah biasa dan tidak sampai ‘baper’ (bawa perasaan), tapi bagi kelompok lain yang melihat dan menyaksikan interaksi tersebut sangat tidak berkesuaian, janggal atau bahkan tabu dan tidak pantas.
Maka dari itu, warga negara net (netizen) harus memahami ini. Artinya, jika anda bukan bagian dari ‘kelompok sosial’ tersebut dan menyaksikan sesuatu yang menurut anda tidak pantas, tidak perlu terlibat terlalu jauh. Jangan-jangan tidak pantas menurut anda tapi bagi kelompok tersebut ‘biasa saja’. Maka anda akan terperangkap dalam asumsi dan interpretasi ‘liar’.
Pengetahuan ini juga berlaku sebagai ‘rambu-rambu’ dalam berkomunikasi di grup WA (whatsapp) misalnya. Anda harus tahu persis itu grup apa sehingga postingan-postingan anda dapat terarah dengan baik. Grup olah raga misalnya, dapat dipastikan anggota grupnya heterogen yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan antar golongan. Maka pada grup ini anda tidak boleh menyinggung hal-hal tersebut.
Keempat, Language is never used all by itself. It is always combined with other things such as our tone of voice, facial expressions and gestures when we speak, and the fonts, layout and graphics we use in written texts. Ditegaskan bahwa bahasa itu tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu saja dikombinasikan dengan unsur-unsur lain seperti tekanan suara, mimik wajah, gesture. Atau di dunia tulisan kita mengenal penggunaan hurup kecil, huruf besar, ditebalkan, dimiringkan, dan lain-lain.
Kecanggihan teknologi khususnya ‘smartphone’ telah mencoba secara maksimal membantu penggunanya untuk memahami hal ini. Lebih jauh bahkan ditambah dengan penggunaan ‘feeling icon’ (gambar perasaan). Icon-icon ini harus pula dipahami dengan baik sehingga dapat menyampaikan ‘perasaan’ pembicara/penulis. Harus ada pemahaman yang sama antara penulis dan pembaca.
Dalam berkomunikasi pada media sosial yang notabenenya banyak menggunakan tulisan, maka harus benar-benar diperhatikan icon-icon yang dimunculkan agar tidak salah dalam menafsirkan kata-kata yang tertulis. Jika tidak mampu menangkap ‘perasaan’ yang ingin disampaikan oleh penulis, dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman. Sering terjadi penulisan kata-kata yang terkesan marah atau kasar, tapi diikuti oleh ‘hehehe’, atau feeling icon ‘tersenyum’. Jadi, kata-kata yang tertulis harus dilihat secara utuh dengan icon yang dimunculkan untuk mendapatkan pesan yang diinginkan.
Akhirnya, menjadi warga negara net (netizen) yang cerdas dan bijaksana ternyata juga harus memiliki ilmu khususnya dalam berkomunikasi. Ilmu-ilmu bahasa secara umum harus pula dimiliki. Jika tidak, kemungkinan untuk terjadinya kesalahpahaman sangat besar dan bahkan bisa-bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Semoga tiga artikel ini dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam bermedia sosial. Amin.
#BNODOC19110072017
*Akademsisi dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post