Friday, September 22 2023
Berilmu dan Beramal
  • PENGURUS
  • SAMBUTAN KETUA
  • SEJARAH
  • KONTAK
  • LEGALITAS
  • MISI, VISI & LOGO
  • BERITA
  • PENDIDIKAN
  • SANTUNAN
  • DONASI
  • MOTIVASI
  • INSPIRASI
  • PUBLIKASI
  • TRAINING CENTER
    • PENAWARAN
    • KEGIATAN
    • AGENDA
  • KREATIVITAS
    • CERPEN
    • PUISI
  • MATERI DAKWAH
  • PROFILE
  • BERITA
  • PENDIDIKAN
  • SANTUNAN
  • DONASI
  • MOTIVASI
  • INSPIRASI
  • PUBLIKASI
  • TRAINING CENTER
    • PENAWARAN
    • KEGIATAN
    • AGENDA
  • KREATIVITAS
    • CERPEN
    • PUISI
  • MATERI DAKWAH
  • PROFILE
Berilmu dan Beramal
No Result
View All Result

DIARI BUDAK DUSUN; SAMBUT RAMADHAN

23/06/2017
in MOTIVASI
A A
ShareTweetSendScan

Artikel Terkait

PEMILIHAN REKTOR UIN STS JAMBI: Saatnya Menjadi Akademisi Sejati

27/07/2023

ANDA JUGA KORBAN NARKOBA: FENOMENA GUNUNG ES

26/10/2021

COVID 19: SAATNYA INGAT MATI

04/08/2021

NILAI-NILAI QURBAN

04/08/2021

Oleh: Bahren Nurdin, MA

Saya budak dusun. Anak kampung yang berada pada ‘shifting time’ (masa perahilan). Istilah ini saya buat-buat saja untuk menjelaskan bahwa saya hidup di dua masa; gelap dan terang. Masa gelap yang saya maksud adalah zaman dimana listrik belum masuk kampung saya, dan masa terang adalah ketika tiang PLN mulai dipancangkan dan bohlam mulai bergelantungan. Saya menjadikan listrik sebagai penanda perubahan di dusun kami karena listriklah yang telah mengubah pola dan gaya hidup masyarakat.

Inilah catatan budak dusun menelusuri kisah-kisah ramadhan dalam ingatan masa lalu. Belum terlalu lama, namun cukup usang untuk dikenang. Saya tarik waktu medio tahun 1970 ke 1990. Saya lahir di tahun 1979 namun masih mendapatkan cerita-cerita ramadhan dari para tetua. Saya awali diari ini dengan menyaksikan apa yang terjadi ketika saya lahir.  Kisahnya saya gambarkan melalui puisi berikut ini:

Catatan Pinggir Ketika Aku Lahir

Hari itu 30 Desember 1979

Entah karena kurang bulan atau tak cukup gizi

Bayi kerdil lahir mendekati mati

tidak ada inkubasi untuk panasi bumi

yang ada hanya botol air asam berisi air suam

derita bunda berakhir  bahagia

walau cemas dan curiga, nyawa si sulung kembali pada-Nya

Tangis bayi itu pecah hingga ujung dusun

melalui lambaian niur menembus dinding pelupuh nan rapuh

memanggil ibu-ibu dusun tuk membawa sabun cuci dan minyak tanah

bersama doa di dalam asa,

semoga panjang umur wahai si kecil, kerdil

 

Senyum bunda berharap jua

bayi kecilnya kan mengukir dunia

terbang menembus mega dan membelah samudera

melintasi tapal batas bangsa dan negara

hingga berakhir di syurga, bersama bunda

bayi itu kini menulis

catatan pinggir ketika ia lahir bersama butir-butir sejarah

menyingkap suasana saat ia melihat dunia pertama

menyatukan masa yang membentang tiga dasa warsa.

Yang masih tercatat di lembar-lembar warta.

Aku, ia memanggil dirinya.

Saat itu, ia menyebut masa sewaktu ia dilahirkan.

Dusunku sama saja dengan Jakarta waktu itu

Ibu-ibu mencari kutu berjejer satu persatu

Bagai gerbong kereta api menjuju hulu

Sambil menetekkan bayi-bayi mereka tampa ragu

Tidak malu membuka susu di tengah umu.

Ibu-ibu tidak cerita politik

Karena politik tidak membuat perut kenyang

Politik hanya menggelitik bagi orang-orang yang suka panik

Memekik kadang mencekik

PDI pecah, PNI BARU mucul

Pecah rujuk pecah rujuk pecah rujuk

Celoteh politisi yang tidak ditemukan di kampungku

Cerita Afganistan entah indah entah petaka

Bersama lahirku ia tetap terbaca

Bersama sandiwara dan ranjau Komboja

Presiden digulingkan dan dibunuh soal biasa

Raknyat Komboja dan Afganistan meringkik jua

Entah siapa penjajah entah siapa patriot

Karena aku belum bisa membuka mata

1979: Kenangan, mungkin renungan

Teman-taman ayahku tiba-tiba unjuk rasa

Menghadap penguasa di gedung raya

Menutut hak, menuntut tanah

Gelombang protes petani penanda zaman yang mulai lali

Cerita zaman, cerita aku lahir

Video kaset baru mulai dipakai

Film jorok pun mulai masuk kamar, walau masih mahal

Karena di Lombok Pohon Turi masih berdaun

Menanti penanda kelaparan menyerbu datang

Bocah-bocah kecil tak berbaju menjadi santapan kamera pencari berita

Dijual, terkadang diperkosa, ditelanjangi, dipermalukan.

Lima hari sebelum aku bisa menghirup udara

Bumi sumatera dilanda gempa

Lima belas nyawa ikut serta

Diiringi segera orang-orang yang terluka

Pulau Buru nan jauh di sana

Kehilangan pujangga  pencari makna

Blora berbangga kembali bersua maha putera

Menyambut bebasnya Pramoedya

Mungkinkah aku terlahir bagian dari kata

Akulah ”anak semua bangasa”

Catatan ini aku akhiri bersama waktu yang terus berlari

Membawa aku kian kemari, hingga detik ini

Catatan ini mungkin tak berarti

Namun aku telah memberi bukti pada bumi dan ummi

Karana aku tahu aku telah terlahir bersama catatan ini.

Bersambung…

#BNODOC14930052017

*Akademisi dan Pengamat Sosial Jambi.

 

Next Post

DIARI BUDAK DUSUN; SAMBUT RAMADHAN (2)

DIARI BUDAK DUSUN; SAMBUT RAMADHAN (3)

BUKAN ‘SAYA’, TAPI ‘KAMI’ ATAU ‘KITA’

Discussion about this post

About Me

Horrison Rose

Passionate Blogger

Hello & welcome to my blog! My name is Mocha Rose and I'm a 20-year-old independent blogger with a passion for sharing about fashion and lifestyle.

Instagram

    Please install/update and activate JNews Instagram plugin.

Popular

PARPOL DAN PENDIDIKAN POLITIK

2 weeks ago

PEMILU 2024: Menjaring Caleg Berkualitas

2 weeks ago

MONEY POLITIC: Ancaman Pemilu 2024

2 weeks ago

POLITIK IDENTITAS: Kekuatan atau Kelemahan?

2 weeks ago
Berilmu dan Beramal

© 2019 Yaqin - Komplek Bahri Makmur Blok J, No 6, RT 22/03, Jaluko – Muaro Jambi – Jambi – Indonesia. Kode Pos 36361. Developed by Ara.

  • Disclaimer
  • Kontak
  • Legalitas
  • Misi, Misi & Logo
  • Pedoman
  • Pengurus
  • Sambutan Ketua
  • Sejarah

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • BERITA
  • PENDIDIKAN
  • SANTUNAN
  • DONASI
  • MOTIVASI
  • INSPIRASI
  • PUBLIKASI
  • TRAINING CENTER
    • PENAWARAN
    • KEGIATAN
    • AGENDA
  • KREATIVITAS
    • CERPEN
    • PUISI
  • MATERI DAKWAH
  • PROFILE