Bagi anda mahasiswa Universitas Kebangsaan Malaysia (National University of Malaysia) pasti tahu persis judul di atas. Tapi baiklah bagi anda yang baru berkunjung atau mungkin bukan warga UKM saya akan jelaskan tentang judul tersebut. Dato’ Hussein Onn atau yang lebih popular di kalangan mahasiswa adalah dengan sebutan Dato’ Onn adalah sebuah kolej (waktu pertama datang ke UKM saya juga bingung maksudnya apa), yang ternyata kalau di-bahasa-Indonesia-kan adalah Asrama. Ada begitu banyak kolej di UKM yang ditempati oleh para mahasiswa yang sendang menimba ilmu di sini. Pada tulisan ini saya tidak mau bercerita tentang kolej tersebut (mungkin lain kali saya akan coba), namun saya ingin melihat sisi lain dari kolej ini yaitu kantin, Kantin Dato’ Onn (makan-makan yuk. yuuu…kkkk).
Tun Sri Lanang adalah perpusatakaan pusat (saya sebut pusat karena masih banyak perpustakaan lain yang terdapat di UKM ini). Perpustakaan ini sangat besar dan lengkap. Kalau saya tidak salah informasi, perpustakaan ini terlengkap di Asia Tenggara (saat menulis tulisan ini pun saya sedang searching menggali kebenaran informasi tersebut, tapi belu ketemu heee…). Saking besarnya perpustakaan ini saya pernah tersesat (baca: Tersesat di Perpustakaan). Perpustakaan ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang menggunakan sistem komputerisasi (computerized System). Ada begitu banyak kumpulan buku sesuai kebutuhan ilmu masyarakat UKM (dan dunia). Tidak hanya buku tapi dokumen-dokumen penting Asia Tenggara tersimpan di dalam perpustakaan ini dalam berbagai bentuk, dari hard copy sampai pada microfilm. Dan jika anda ingin membaca surat kabar (Koran/majalah) terkenal di dunia beberapa puluh tahun silam juga masih tersimpan di sini dalam bentuk microfilm. Singkatnya Luar Biasa..!! Jujur pertama saya masuk ke perpustakaan ini (di bagian Koleksi AM) dan berdiri ditengah-tengah rak buku tsb, saya sempat terharu dan (hheeee…) netisin air mata. Haru karena saya tidak pernah bermimpi bisa berdiri di tengah rimba buku seperti ini. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya akan buat perpustakaan seperti ini di Kota Tebo (Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi), Amin (heee….mohon doa restu ya…).
Lalu apa hubungan Dato’ Onn dan Tun Sri Lanang? Mungkin tidak ada hubungan langsung, tapi saya hanya ingin berbagi cerita saja. Bagaimana sesungguhnya kebutuhan lahir dan kebutuhan bathin. Kebutuhan perut dan kebutuhan kepala. Kebutuhan kini dan masa depan. Melalui dua tempat ini saya dapat melihat bagaimana kebutuhan ini berlaku dalam kehidupan.
Dari sisi Proses. Ada proses yang sama antara Dato’ Onn dan Tun Sri Lanang. Tulisan ini saya tulis ketika saya baru masuk ke perpustakaan setelah lama menyaksikan kegaduhan yang terjadi di Dato’ Onn. Kegaduhan yang saya maksud adalah bagaimana proses makan di Dato’ Onn. Anda masuk dan menuju tempat pengambilan nasi. Jika anda tidak mau makan nasi cukup cari menu lain di counter seperti rujak, mie goreng, dll. Setelah mengambil nasi mulailah pedebatan batin anda (saya yakin itu terjadi). Perdebatan batin tersebut adalah mau makan dengan lauk apa ya? Wah di sini berlaku “life is a matter of making choice”. Hidup itu hanyalah persoalan membuat pilihan. Bukan pilihan itu yang jadi masalah tapi adalah konsekuensi dari pilihan tesebut. (ingat anda berada di tempat anda saat ini adalah konsekwensi dari keputusan anda beberapa waktu lalu bahkan beberapa tahun silam. Benar gak?) Salah memilih berarti menaggung resiko. Sayang waktu tak bisa diputar balik. Dalam kasus ini (makan di Dato’ Onn) ya enak dan tidak enak. Pergulatan selanjutnya adalah mulai menilai-nilai isi dompet (benar kan..?). Setelah semua dipertimbankan dan pilihan dijatuhkan dan jangan lupa sudah dibayar, tibalah saatnya untuk menikmati hasil pilihan tersbut.
Proses ini ternyata juga terjadi di Tun Sri Lanang. Anda masuk ke perpustakaan dan menuju menu (catalog Gemilang) sebelum masuk dan mencari buku. Anda mulai menimbang-nimbang (kecuali yang sudah dapat tugas dari dosen) mau baca buku apa ya? Pilihan-pilihan ini tentu juga memiliki konsekwensi. Tapi di sini anda tida perlu menimbang-nimbang isi dompet karena di sini gratis. Cukup timbang-timbang isi kepala ada. Bedanya dengan Dato’ Onn apa yang anda baca hari ini bukan untuk kebutuhan hari ini (tidak bisa dinikmati langsung), tapi mungkin puluhan tahun ke depan.
Dari kasus ini dapat dilihat bahwa proses yang sama (tidak sama persis tentunya) tetapi dengan kebutuhan yang berbeda. Maka kebutuhan mana yang sesungguhnya paling kita butuhkan? Jika pertanyaan “penting mana perpustakaan atau kantin?”. “kita sebaiknya pergi ke perpustakaan dulu atau ke kantin?”, mungkin sama halnya mempertanyakan “mana yang tua ayam atau telur?”. Mungkin agak susah untuk dijawab. Tapi terbersit dipikiran saya untuk mengetahui lebih dalam (mungkin bagi yang ingin mengadakan penelitian, titip dung…) bagaimana sesungguhnya kebutuhan orang akan kantin dan perpustakaan. Coba pada jam yang sama kumpulkan semua orang di seluruh perpustakaan di UKM ini dan kumpulkan juga seluruh orang yang sedang dikantin, mana yang paling banyak? (yang jelas kalau pake cara mengumpulkan orang, pasti gak ada yangmau ngumpul heee… lagian tempatnya juga gak muat. Mau dikumpulin dimana? Maksud saya ya pakailah metode pengumpulan data ala penelitian.)
Akan tetapi paling tidak melalui tulisan ini saya telah menyampaikan bahwa di UKM itu ada tempat yang paling sering dikunjungi mahasiswanya yaitu Kantin dan Perpustakaan. Kantin adalah representasi kebutuhan jangka pendek (perut) dan Perpustakaan representasi kebutuhan jangka panjang. Jadi kesimpulannya, siapa yang terlalu sering ke Dato’ Onn (heee…) yang ia dapat hanya sebatas PERUT. Tapi siapa yang rajin ke perpustakaan Tun Sri Lanang ia sedang investasi jangka panjang. Tapi jangan pulak mati di perpus gara-gara gak makan heee… wassalam.
PTSL, 17 Juli 2008 (13.43)
Discussion about this post