Oleh: Bahren Nurdin, MA
Beberapa waktu lalu, saya ‘ditodong’ beberapa mahasiswa di tengah jalan ketika berjalan dari kelas menuju ruang dosen. “Kami ingin masukan dari Bapak, bagaimana cara cepat lulus kuliah?”. Dihentikan di tengah jalan seperti ini memang sudah sering saya alami. Saya tahu mereka adalah anak-anak muda yang antusias untuk menggapai cita-cita mereka. Banyak diantara mereka yang lebih suka diskusi-diskusi kecil secara informal. Begitu juga saya, tidak pernah melihat tempat untuk sekedar berbagi semangat kepada siapa saja. Sering pula ‘seminar motivasi’ di kantin, di tangga kampus, di jalan, di depan kelas, di lobby, dan sebagainya. Selagi mendatangkan manfaat, kenapa tidak. Toh, memang hidup harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bermanfaat bagi orang lain.
Mungkin saya juga tidak terlalu fantastis dalam menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Biasa saja, tapi paling tidak, masih dalam batas-batas kewajaran. On time! Saya menyelesaikan S1 di Univeristas Gadjah Mada selama 4 tahun 4 bulan. S2 di Univeristi Kebangsaan Malaysia 2 tahun (ada kisah unik. Dilihat tahunnya 2008-2011. Saya seharusnya ujian Jumat, 30 Des 2010. Tapi tanggal 29 Malaysia memenangkan piala AFF dan hari berikutnya dinyatakan libur nasional untuk merayakannya. Jadilah ujian saya tertunda hingga awal Januari 2011). Kisah ini tak terlupakan, bagaimana mungkin tendangan Mas Firman Utina berpengaruh pada ujian tesis saya, hehe.
Apa jawaban pertanyaan di atas? Ada banyak cara yang dapat ditempuh. Tapi jika ditanya apa yang pernah saya lewati, saya mencatatat beberapa hal. Pertama, kerjakan shalat lima waktu. Sekali saja jangan pernah ditinggalkan. Menuntut ilmu itu jalan Allah maka jangan pernah tinggalkan Allah. Menuntut ilmu itu jalan menuju surge sebagaimana Rasulullah bersabda “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Jika jalan menuju surge saja dimudahkan, apalagi jalan menuju wisuda. Mudah bagi Allah untuk memudahkan apa pun.
Kedua, kerjakan shalat sunnah tahajjud dan duha. Adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa jika kita menyediakan waktu untuk ‘curhat’ kepada Nya dalam tahajjut dan duha. Apa korelasi nyata tahajjut dan duha terhadap masa studi? Dengan mengerjakan shalat sunnah ini, pikiran jadi tenang dan hati jadi tenteram. Jika sudah demikian, pelajaran akan dapat diserap dengan baik. Tugas-tugas dari dosen serasa mudah untuk dikerjakan. Bahkan, menulis skripsi dapat dilakukan dengan tenang dan rileks. Pasti cepat selesai!
Ketiga, muliakan kedua orang tua. Di kelas, sebelum memulai pelajaran tidak jarang saya bertanya kondisi orang tua mahasiswa. Adakah orang tuanya yang sedang sakit? Sudahkah anda minta izin kuliah dengan orang tua anda sebelum kekampus, walau hanya sekedar telfon, sms, atau melalui medsos? Mengapa ini penting? Bukankah ridha Allah ada pada ridha orang tua? Yang tinggal dengan orang tua, sebelum berangkat kuliah peluk erat orang tuanya sembari meminta didoakan agar dimudah kan segala urusan kampus. Yakinlah, semua rintangan akan menyingkir!
Keempat, jauhi maksiat. ‘walaa taqrabu zinaa’. Jangan dekati zina dengan segala bentuk dan aksinya. Jika coba-coba ‘serempet-menyerempet’ akan berdampak pada pikiran dan hati. Pikiran jadi tidak jernih, hati jadi kelabu. Baawaanya suntuk dan ‘galau’. Bagaimana tidak, karena kegiatan-kegiatan ini adalah gaweannya syaitan. Iblis akan selalu menggoda untuk mengajak umat manusia kepada jalan kesesatan. Jika sudah tersesat, kapan mau sampai keujung jalan? Gak selesai-selesai. Jadilah mahasiswa abadi.
Kelima, kerja keras. Berusaha semaksimal mungkin dengan niat dan tekad yang kuat. Semua tugas yang diberikan dosen dikerjakan dengan baik. Tidak pernah absen di kelas. Investasikan sebagian besar waktu untuk belajar baik di kampus maupun di luar. Ikuti oranganiasi-organisasi yang dapat menambah pengalaman dan memperkaya pengembangan diri. Tidak mengenal kata mengeluh dan mengalah. Semua tantangan dihadapi dengan cerdas dan ikhlas.
Ingat, orang-orang bijak selalu berkata, dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Dalam kesempitan hidup ada kekuasaan ilmu. Jalan menuju sukses itu tidak pernah tertutup bagi orang-orang yang percaya akan adanya kebesaran Allah dan siap bekerja keras.
#BNODOC10314042017
*Akademisi dan Motivator Pendidikan (Hypno-Motivation).
Discussion about this post