‘Demam Caleg’ (Calon Legistatif) agaknya pantas untuk menggambarkan suasana politik saat ini. Pendatang lama dan baru sudah melangkah ke ‘ring’ untuk mengambil ancang-ancang. Partai pun telah mengirimkan kader-kader terbaik mereka ke Komisi Pemilihan Umum. Hasilnya, beberapa nama telah ditetapkan sebagai Daftar Caleg Sementara (DCS). Tidak lama lagi, nama-nama ini pun akan ditetapkan sebagai Daftar Caleg Tetap (DCT) dan segera disodorkan kepada masyarakat untuk dipilih sebagai Anggota Legislatif di DPR/DPRD Provinsi dan Kota/Kabupaten pada tahun 2019 mendatang.
Tentunya, tugas partai sebatas ‘menyodorkan’ nama-nama. KPU bertugas ‘mensortir’ perlengkapan (administratif) mereka sebagaimana amanat undang-undang yang berlaku. Sebagai penentu adalah rakyat. Rakyatlah yang memiliki daulat penuh untuk menyeleksi apakah mereka layak sebagai wakil rakyat atau tidak.
Inilah yang sangat penting untuk diperhatikan. Tidak mudah untuk memilih dan menentukan orang-orang yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat. Masyarakt harus terus diedukasi agar pandai dan jeli melihat calon wakil mereka. Sekilas tampak sama. Sama-sama ‘memperjuangkan’ kepentingan masyarakat umum. Namun, jangan sampai terperdaya karena saat ini mereka lagi bersemangat dan bicara lantang ‘untuk rakyat’. ‘Mereka akan berjanji membangun jembatan walau pun di sana tidak terdapat sungai’.
Lantas, seperti apa sebenarnya caleg-caleg ideal yang harus dipilih? Tentu mereka yang memiliki kualitas. Paling tidak ada 3 kualitas yang harus mereka miliki. Pertama, kualitas mental dan moral. Ini sangat penting dan mendasar di tengah terjadinya krisis moral pada negeri ini. Ada bengitu banyak pejabat (termasuk di dalamnya Anggota Dewan Perwakilan Rakyat) yang tertangkap aparat penegak hukum karena melakukan tindak pidana korupsi alias jadi koruptor.
Maka tidak ada salahnya bagi masyarakat untuk melihat secara jeli keseharian caleg yang ada. Track record mereka selama ini di tengah masyarakat seperti apa. Sangat tepat pula jika kemudian KPU mengeluarkan aturan narapidana korupsi (koruptor) dilarang mencalonkan diri. Mereka dianggap telah ‘cacat moral’. Koruptor sama dengan maling, dan maling dilarang jadi pemimpin di negeri ini. Jabaran tentang moral ini tentunya sangat luas. Namun secara singkat dapat divisualisasikan dengan satu kata ‘integritas’.
Kedua, kualitas intelektual. Persoalan bangsa ini sangat banyak dan kompleks. Dibutuhkan para pejabat negara yang cerdas dan cergas (cekatan). Mereka harus memiliki hard-skill dan soft-skill. Memang indeks prestasi atau nilai rapor tidak dapat dijadikan satu-satunya alat ukur kecerdasan para caleg, tapi paling tidak bisalah dibuat sebagai acuan untuk melihat kualitas intelektual mereka. Pelajari indeks prestasi komulatif atau isi rapor sekolah mereka.
Pelajari juga bagaimana mereka-mereka ini menghadapi atau menyelesaikan masalah di tengah masyarakat. Bagaimana mereka mengelola kecerdasan emosional dalam memecahkan berbagai persoalan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan dengan orang-orang sekitar atau masyarakat tempat domisilinya para caleg. Bukan pula menjadi ukuruan mutlak, tapi dapatlah dijadikan referensi dalam melakukan penilian.
Ketiga, kualitas kerja. Pelajari program-program yang ditawarkan. Visi apa yang mereka bawa sebagai anggota legislatif. Seberapa masuk akal program-program yang mereka rencanakan. Tujuan apa yang hendak mereka usung. Jangan sampai masyarakat terkecoh dengan ‘janji-janji’ yang sesungguhnya tidak dapat ditepati.
Mempelajari visi, misi dan program kerja para caleg sangat penting untuk dilakukan oleh masyarkat sebelum menjatuhkan pilihan. Janji-janji politik yang mereka buat harus benar-benar yang masuk akal dan realistis.
Akhirnya, negeri ini sedang membutuhkan para anggota legislatif yang berkualitas untuk mengurai segala persoalan yang ada. Perwakilan rakyat tidak hanya sekedar datang, duduk, diam dan duit (D4) sebagaimana stigma yang berkembang di tengah masyarakat saat ini. Mereka harus hadir dengan visi, misi dan program yang jelas dan realistis. Jika itu terpenuhi, maka itulah caleg pilihan hati. Pilihlah dengan hati dan penuh hati-hati agar mereka memimpin dengan sepenuh hati. Hati-hati..!
Discussion about this post