Saya tentunya tidak perlu lagi menjelaskan siapa Cak Lontong. Rasanya sulit mencari orang Indonesia yang tidak mengenal tokoh comedian satu ini. Melalui artikel ini, saya ingin sedikit ‘otak-atik’ memahami nalarnya Cak Lontong, khususnya tentang makna (semantic). Saya berharap artikel ini tidak berat dan bisa menemani pagi minggu anda sambil nyeruput kopi di teras rumah. Santai dan rileks.
Coba jawab pertanyaan teka teki sulit (TTS) berikut ini. Jika anda bepergian menggunakan pesawat terbang, anda dilarang membawa? Anak SD juga bisa jawab! Penumpang pesawat tidak boleh membawa benda-benda seperti pemukul baseball, tongkat bilyar, dayung, pentungan, tongkat golf, kail pancing, skateboard, aerosol, cat semprot, dan benda-benda lain yang terkandung bahan gas, pisau, pedang, dan berbagai benda tajam lainnya, senjata api katapel de el el. Anda buat 1000 dafar, terus dengan ringan Cak Lontong bilang, “SALAH!”. Anda pun naik darah!
Terus anda protes, “kok salah?”Kan itu sudah baku dan diatur oleh undang-undang yang berlaku. Sayangnya, Cak Lontong punya undang-undang khusus, hehe. Jadi apa jawabannya? SENDIRI.
‘Sendiri?’. Jika anda bepergian menggunakan pesawat terbang, maka anda dilarang ‘membawa… sendiri’. O iya, mana ada orang membawa pesawat sendiri; harus pilot! Jangan lupa seruput kopinya, keburu diminum lalar, hehe…
Jawaban semacam ini awalnya terkesan konyol dan ‘mengada-ada’. Mengapa saya katakan ‘awalnya’ karena pada akhirnya anda bersetuju dengan ‘kekonyolan’ dan ‘ketidak masuk-akalan’ itu. Maka, inilah menariknya. Ternyata, makna atau (pada konteks yang lebih luas) kebenaran juga ketidakbenaran merupakan konstruksi yang dibangun dengan sebuah logika berpikir. Sesuatu yang anda anggap konyol, salah, benar, nyentrik, hanyalah konstruk yang ada di benak anda sampai anda menemukan alas an dan keyakinan lain. Kok kening anda jadi mengkerut? Apa lagi yang nulis. Hehehe…
Bahasan ini ternyata menjadi tidak ringan jika kita berbicara ‘meaning’ atau makna kata. Dalam dunia linguistik, semantik adalah sub bagian yang dikhususkan untuk mempelajari tentang makna, seperti yang melekat di tingkat kata, frasa, kalimat, dan unit yang lebih besar dari wacana yang disebut teks. Secara tradisional, semantic juga merupakan kajian tentang arti dan referensi denotatif, kondisi kebenaran, struktur argumen, peran tematik, analisis wacana, dan hubungan semua ini untuk sintaks. Tambah berat!
Coba perhatikan kata ‘kondisi kebenaran’ pada kalimat di atas. Inilah yang membuat Bedu dan Pepi naik pitam menghadapi wajah ‘culun’ Si Lontong. Benar yang ada di benak Bedu dan Pepi ternyata ‘awalnya’ bertentangan dengan benar yang ada di kepala Cak Lontong. Hebatnya Cak Lontong, dia hanya butuh beberapa argumentasi untuk ‘mencairkan’ kebenaran (dibaca; makna) yang ada pada orang lain, termasuk anda. Pada akhirnya kita semua akan berkata ‘iya juga ya’. Itu artinya, anda baru saja menyetujui apa yang awalanya anda tolak. Kuncinya, memahami!
OUT OF THE BOX
Konsep berpikir di ‘luar kotak’ sudah sangat lama dikenal khususnya dikalangan orang-orang yang dinamis, kreatif, futurisktik, revolusioner, visioner, dan seterusnya. Orang-orang ini keluar dari ‘kebiasaan’ orang banyak. Persis Cak Lontong. Berpikir apa yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Jika ingin membuat kopi anda tambah pahit, coba aja cemilan buku-bukunya Prof. Sir Michael Anthony Eardley Dummett tentang ‘Realism’ (realisme). Bagaimana mengkonstruk pikiran anda tetang apa yang disebut ‘kebenaran’. Lebih menarik lagi, sebagai pembanding, coba comot dikit-dikit buku-buku Prof. Wolfram Hinzen, minimal yang berjudul “The Semantic Foundations of Anti-Realism (1998). Gak usah, tambah pusing!
Gampangnya gini aja, nampaknya Cak Lontong memang mengajak orang Indonesia bercanda. Tapi ternyata candaan Cak Lontong menyampaikan pesan yang lebih serius dari yang serius. Inilah negeri kita. Di gedung dewan yang katanya tempat orang-orang ‘serius’ sering kita melihat ‘dagelan’ tidak bermutu, tapi candaan-candaan Cak Lontong telah membawa kita kepada sebuah pemahaman yang mendalam. Mikir!
Cak Lontong telah mengajari kita untuk melihat segala sesuatu dari berbagai perspektif. Jangan bicara ‘tidak mungkin’! Salah dan benar itu hanya bagaimana anda menjelaskannya kepada orang lain sampai mereka gigit lidah dan sambil berbisik ‘iya juga ya’, (pengecualiaan pada kebenaran hakiki yang telah tertulis di dalam Al-Quran dan Sunnah Rasullullah). Terkadang untuk memahami orang lain kita butuh keluar dari ‘kotak’ pikiran kita dan melompat kedalam ‘kotak’ orang lain. Dijamin anda akan naik darah untuk memahami Cak Lontong jika anda masih menggunakan pola pikir anda sendiri. Karena kopi anda sudah dingin, jadilah Cak Lontong! Think out of the box!
#BNODOC11930042017
*Penikmat Cak Lontong
Discussion about this post