Oleh: Bahren Nurdin, MA
Perjuangan Garuda Muda untuk memboyong medali emas dari cabang sepak bola SEA Games 2017 kali ini kandas sudah setelah dikalahkan Harimau Muda pada babak semifinal malam tadi (26/08/2017). Jangan bersedih. Memang begitulah adanya; kalah dan menang.
Apresiasi yang sebesar-besarnya pantas diberikan kepada anak-anak muda pejuang lapangan hijau itu atas nama bangsa. Keringat yang membasahi sayap-sayap garuda di dada mereka menjadi bukti nyata persembahan jiwa dan raga untuk mengharumkan nama Republik Indonesia.
Bagi anda yang merasa begitu kecewa dengan kekalahan ini, apalagi harus menghujat, cobalah sekali-sekali bertanya pada diri sendiri, sudah berapa butir tetesan keringat anda yang khusus dipersembahkan untuk mengharumkan nama bangsa ini? Jika belum ada, maka keluarkanlah keringat untuk menghargai segala upaya terbaik mereka.
Evan Dimas dan kawan-kawan memang telah menunjukkan performa terbaik mereka di hadapan jutaan pasang mata penduduk Indonesia, baik yang menonton langsung maupun melalui layar kaca. Mereka telah pula menguasai pertandingan dari babak pertama hingga babak kedua. Permainan mereka yang begitu apik telah pula membuat Harimau Muda tidak bisa banyak ‘mengaum’. Elang-Elang muda itu menyambar dari berbagai sisi lapangan. Lincah dan enerjik, ‘terbang’ kian kemari.
Tapi itulah pertandingan bola kaki, tidak ada menang angka yang dilihat dari performa. Satu-satunya penentu kemenangan adalah GOL!
Itu artinya, seluruh penguasaan bola, teknik tinggi, dominasi permainan, dan seterusnya akan menjadi tidak bermakna jika semua kehebatan itu tidak mampu melahirkan gol. Katakanlah penguasaan bola 99,9% oleh Garuda Muda, dan 0,1% oleh Harimau Muda, tapi begitu nilai 0,1% itu mampu menghasilkan gol, merekalah pemenangnya.
Sekali lagi , kalah dan menang itu memang hukum alamnya sebuah pertandingan. Menang dipuji, kalah diuji! (Bukan dicaci).
PERPADUAN HARD SKILL DAN SOFT SKILL
Ternyata permainan sepak bola itu bukan hanya persoalan ‘menendang bola’. Saya yakin semua orang di atas dunia ini bisa menendang bola. Tapi menendang bola dalam sebuah tim untuk mencapai kemenangan gemilang harus pula memiliki kemampuan yang terukur atau apa yang disebut dengan skill. Secara garis besar skill itu terbagi menjadi dua; hard skill dan soft skill.
Hard skill yang harus dimiliki oleh seorang pemain bola diantaranya berlari, menendang dan merebut bola. Ini adalah kemampuan-kemampuan teknis yang sangat bergantung pada ketahanan tubuh. Kemampuan ini dihasilkan dengan latihan terhadap pengolahan raga dengan latihan yang teratur dan terstruktur. Ujian kemampuan ini terlihat seberapa lama kemampuan fisik para pemain ‘fit’ di tengah lapangan.
Sehingga, kebolehan ini dapat dilihat kasat mata apakah mereka cepat ‘menges’ atau tidak. Apakah mereka mudah dijatuhkan pada saat duel-duel perebutan bola atau kokoh dan ngotot. Apakah mereka mampu merebut bola dengan mudah atau sebaliknya mudah mengalah dengan membiarkan bola dikuasai lawan. Semua sangat bergantung degan tenaga (energy atau power).
Ternyata kemampuan ini saja tidak cukup untuk memenangkan pertandingan. Para pemain juga harus memiliki kemampuan soft skill diantaranya kemampuan bekerja sama, ketepatan dalam mengambil inisiatif, keberanian mengambil keputusan dan gigih. Kemampuan ini tidak serta merta berkaitan langsung dengan kehebatan teknis.
Contoh sederhana, ada seorang pemain yang tubuhnya sudah tidak lagi langsing, umurnya juga sudah tidak lagi muda, larinya sudah tidak terlalu gesit, tapi dalam setiap pertandingan dia selalu berhasil mencetak gol sehingga tidak jarang menjadi top skorer. Apa yang terjadi dengan pemain ini? Dia selalu berada pada posisi yang pas saat akan mendapat assist dari kawan-kawannya untuk mencetak gol. Tendangannya ke gawang dapat dipastikan pada momen yang tepat pula sehingga tidak terbaca oleh penjaga gawang. Pengambilan keputusan kapan ia harus menendang bola ke gawang atau harus dibagi ke kawan, selalu akurat.
Kemampuan ini tentunya tidak bisa terasah seperti halnya mengasah kemampuan fisik. Pengalaman atau jam terbang sangat menentukan. Maka dari itu, kekalahan Garuda malam ini harus dilihat sebagai bagian dari menambah jam terbang. Garuda harus belajar terbang lebih lama lagi, terutama untuk mengasuh soft skill yang agaknya masih perlu dipoles.
Akhirnya, bola itu bulat dan boleh menggelinding ke mana saja: liar. Untuk menjinakkan dan mengusainya diperlukan paling tidak hard skill dan soft skill. Perpaduan dua kemampuan ini akan mampu melahirkan tim yang tangguh dan menghasilkan kemenangan gemilang. Jangan berhenti, teruslah kepakkan sayap kalian, Garuda Muda! #BNODOC238272017
*Akademisi UIN STS dan Pengamat Sosial Jambi
Discussion about this post