Beberapa hari lalu saya menyengaja diri untuk pulang malam dari kampus. Saya habiskan waktu di perpustakaan Tun Seri Lanang (PTSL) UKM dari pagi hingga malam. Saya kemudian menikmati detak nadi kampus UKM di bagian jantungnya yaitu perpustakaan. Tentu kita semua setuju bahwa perpustakaan adalah jantung sebuah perguruan tinggi. Jadi secara gamblang dapat dipastikan bahwa untuk membuat sebuah perguruan tinggi sehat, harus membuat jantungnya dulu sehat. Mungkin kesadaran inilah yang kemudian dimiliki oleh pengelola UKM. UKM memilik jantung yang sehat dengan segalah fasilitas yang dimiliki.
Mengenai perpustakaan ini telah beberapa kali saya tulis di buletin ini. Kali ini saya hanya ingin berbagi cerita siapa sesungguhnya yang berpacu dengan melodi kampus ini. Ada sebuah pemandangan yang sangat mencolok ketika saya berada di pelataran PTSL. Bagi anda mahasiswa UKM pasti sudah tahu bahwa terdapat beberapa meja di pelataran PTSL untuk para mahasiswa mengakses internet menggunakan laptop mereka sendiri. Ada paling tidak 15 meja yang tersedia di sana. Malam itu semua meja terisi oleh mahasiswa. Tapi, upss…ada hal sangat mengagetkan saya yaitu 80% dari meja yang terisi adalah mahasiswa keturunan china. Inilah kemudian yang menginspirasi tulisan ini.
Ada yang salah dengan itu? Tentu tidak. Tidak ada yang salah karena semua orang punya hak yang sama untuk memanfaatkan perpustakaan ini. Tapi bagi saya ini sangat menarik sehingga memanggil naluri saya untuk ingin tahu lebih jauh tentang mereka. Saya kemudian berpindah-pindah tempat duduk untuk mendekati mereka. Dari meja satu ke meja lain (untung mereka tidak tahu misi saya heee…). Mereka terdiri dari beberapa kelompok. Sebagian mereka menggunakan bahasa china dan sebagian lagi menggunakan bahasa Inggris.
Di kelompok pertama saya mendengarkan mereka berbahasa Inggris. Dari kegiatan mereka ternyata saya mengetahui bahwa ada beberapa teman mereka yang belum begitu paham bahasa Inggris. Jadi teman-teman yang lain (yang lebih pintar) mengajari teman-teman mereka tersebut. Di sini mereka saling membantu kawan-kawan yang lemah. Di awali dengan berdoa bersama sebelum belajar dan kemudian semua terlibat salaing membantu. Sebuah dinamika belajar yang menurut saya sangat baik untuk ditiru. Artinya di sini, yang pintar tidak mintari, tetapi membantu yang lemah. Dan yang merasa lemah tidak segan-segan minta dibantu.
Dari kasus ini saya rasa inilah salah satu kekuatan Chinese. Mereka saling peduli dalam berbagai bidang antar sesama. Mereka tidak saling menghancurkan tapi saling membangun. Ini sedikit berbeda dengan melayu. Yang seringkali SMS (senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang). Jadi, dengan cara-cara seperti ini tidak dapat dipungkiri Chinese akan lebih cepat maju dari pada yang lainnya.
Begitu juga dengan kelompok-kelompok lain yang saya temui malam itu. Ada yang belajar kelompok matematika, biologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi di perpustakaan tapi juga berbagai sudut kampus ini. Jika anda kebetulan sedang jalan-jalan di lingkungan kampus UKM, pernahkah anda memperhatikan dan membandingkan banyak mana chanise atau melayu membawa buku? Haa…mungkin anda tidak begitu memperhatikannya. Tapi saya pernah menghitungnya. Ternyata sebagian besar mahasiswa Chinese lebih banyak membawa buku dibanding Melayu.
Tulisan ini tidak bermaksud merendahkan Melayu. Tapi paling tidak inilah realita kecil dihadapan kita. Jadi jika suatu saat anda menemukan Chinese lebih unggul dari diri anda, jangan anda salahkan mereka. Mereka hanya menuai dari apa yang telah mereka perbuat. Mereka berani berbuat lebih dari yang diharapkan. Mereka belajar lebih keras dari semestinya (paling tidak dari apa yang kita lakukan). Walaupun saya tau kemudian anda akan meng-kounter tulisana ini dengan “Ah..tidak semua..”.
Melodi kampus terus mengalun mengantar waktu ke sudut yang ia mau. Waktu tak pernah berhenti seiring hembusan angin. Bluzz…..begituh angin berlalu dengan waktu. Namun sebuah pertanyaan “senyumkah anda di akhir waktu itu..”. Biarkan waktu yang menjawab.
Discussion about this post