“…dengan rela bekerja lebih keras dari yang dibutuhkan, Anda akan mendapat suatu kejutan. Menjadi “rela” berarti anda bersedia untuk berbuat apa yang perlu Anda lakukan, membuka aliran sehingga bisnis dan diri anda menjadi sukses lebih cepat” (Dana Gordon).
Ini adalah kutipan singkat dari buku terbaru yang sedang saya baca. Saya hanya ingin berbagi dengan Anda semua pembaca bulletin ini. Walaupun tidak sepenuhnya Anda mampu mengambil inti sari buku ini, tapi paling tidak saya ingin menyempaikan sedikit informasi yang mungkin dapat memotivasi Anda semua.
‘Rela berbuat” sebuah frasa yang mungkin sudah langka terjadi di zaman yang serba materialistis dan kafitalis. Semua yang dilakukan saat ini harus dihitung dengan angka-angka nominal mata uang. Semua harus diukur dengan untung dan rugi secara materil. Jika saya melakukan ini saya dapat berapa rupiah? Buat apa berbuat sesuatu jika tidak mendatangkan uang. Uang seolah telah menutup nilai-nilai kemanuasiaan dan keiklasan. Uang telah menjadi sesembahan manusia hari ini. Anda juga kan?
Jangan protes dulu, saya akan memberi contoh pada anda. Contoh yang paling enak saya ambil adalah dari lingkungan terdekat dengan saya. Mohon izin untuk mengambil contoh di IAIN STS jambi. Jika ada kegiatan atau kepanitian mengurus sesuatu (seperti sminar) maka pertanyaan yang pertama muncul adalah “ado duitnyo dak? Kalo ado basinglah. Kalo idah, enak tiduk di rumah..”.
Kalau mau dilihat dengan adil sebenarnya mereka semua sudah digaji oleh pemerintah tiap bulannya untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dan hal seperti ini terjadi di setiap lini dan lapisan birokrasi di institusi ini. Ini sungguh menyedihakan dan menjadi salah satu penghalang kemajuan IAIN tercinta ini. Makanya setelah sekian lama IAIN berdiri masih saja jalan ditempat, bahkan di tempat pun tidak jalan.
Yang lebih menyedihkan lagi, mereka semua memahami ayat Al-Qur’an dan selalu menyerukan untuk berbuat lebih banyak tanpa mengharapkan imbalan dari manusia. Selalu mengajari mahasiswa agar berbuat baik tanpa pamrih. Tapi ketika diminta mereka malah menghitung rupiah. Mengenaskan sekali orang IAIN ni. Ini munafik kan namanya? (jawab saja sendiri).
Kalaulah saya sedikit berandai-andai (sekali lagi berandai-andai), ada kesadaran sedikit saja masing-masing individu di dalam IAIN ini untuk berbuat lebih banyak tanpa dibutakan oleh rupiah, maka membangun IAIN ini semudah membalikkan telapak tangan. Ada kesadaran untuk berbuat. Sedikit apa pun itu pasti sangat berarti bagi perkembangan IAIN ini.
Tapi itu mungkin hanya andai-andai saya saja. Sekarang sudah begitu mengakar dan masuk ke alam bawah sadar setiap insane di IAIN ini bahwa “ngapo nak yoyo nian”. Tidak ada kesadaran untuk sedikit berkorban untuk meluangka waktu dan tenaga berbuat lebih banyak dari yang dibutuhkan. Maksudnya, jika yang dibutuhka cuma mengajar, maka berbuat lebih banyak mungkin dengan membimbing mahasiswa untuk kegiatan-kegiatan ekstra kampus.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa sesungguhnya jika masing-masing orang yang berbuat akan mendapatkan imbalannya sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Gordon Menjadi “rela” berarti anda bersedia untuk berbuat apa yang perlu Anda lakukan, membuka aliran sehingga bisnis dan diri anda menjadi sukses lebih cepat”.
Mari berbuat apa pun yang bisa kita buat.
Discussion about this post