Jika kita amati dengan baik, mengapa diri kita sering terperangkap dalam situasi marah, sebel, dendam, galau, dan sejenisnya? Ternyata jawabannya sederhana yaitu kepentingan pribadi. Ada keinginan diri yang melekat pada urusan tersebut.
Dan sebaliknya, cobalah sekali-sekali melepaskan diri dari urusan itu. “Saya tidak ada kepentingan apa pun dengan urusan ini”. Tidak ada conflict of interest. Lantas kepentingan siapa? Seluruh urusan yang saya lakukan semata karena Allah. Bukan karena orang lain atau suatu apa pun. Lepas!
Betul-betul melepaskan diri dari urusan tersebut. Dengan cara ini, penilaian orang tidak lagi menjadi persoalan selagi tidak merusak hablumminannas (hubungan dengan manusia). Disanjung tidak membubung, diserang tidak tumbang. Kokoh dengan pendirian.
Ini mudah? Tentu tidak. Harus terus berjuang dan belajar. Banyak factor yang membuat ini sulit. Sulit bukan berarti tidak bisa. Tapi yakinlah, dengan cara inilah kita akan mampu mencapai ketenangan dalam mengerjakan sesuatu atau mengemban jabatan yang diamanahkan. Yakinlah.
Sampai pada titiknya nanti kita tidak butuh pujian siapa pun kecuali mengharap keridhaan Allah. Tenang dan damai. Semoga.
Bahren Nurdin
Mind-Provocator
Discussion about this post