Oleh: Bahren Nurdin, MA
Pada artikel sebelumnya sudah saya jelaskan jurus pertama untuk kuliah gratis yaitu dengan mencari Bapak Angkat alias tinggal dengan orang yang mau membiayai kuliah dengan menjadi asisten rumah tangga di rumah tersebut. Bapak Angkat sebenarnya tidak hanya keluarga tapi bisa juga masjid atau musholla yaitu dengan menjadi marbot/garin. Tidak sedikit juga orang-orang sukses di negeri ini yang ‘ngekos’ di masjid dan mushalla. Sekali lagi, dimana ada kemauan di sana ada jalan.
Jurus kedua, kuliah sambil kerja. Kuliah sambil kerja artinya menyediakan waktu antara kuliah dan kerja (Part-time) atau lebih disebut kerja paruh waktu. Ada dua tipe kuliah sambil kerja yaitu, kerja di tempat orang lain sebagai karyawan dan memiliki usaha sendiri.
Di seputaran kampus ada begitu banyak usaha-usaha yang membutuhkan karyawan paruh waktu (part-timer). Kerja setelah pulang kuliah. Usaha-usaha kecil seperti rumah makan, restaurant, kaunter hp, took foto kopi, laundry dan lain-lain bisa dimanfaatkan untuk kerja tanpa harus meninggalkan kuliah.
Atau buka usaha sendiri. Bisa juga membuka usaha patungan bersama teman-teman dengan tetap memanfaatkan waktu luang setelah jam kuliah. Ada begitu banyak peluang usaha yang bisa dibuka di seputaran kampus. Pada malam hari misalnya bisa dengan berjualan minuman ringan seperti kedai bandrek. Bisa dengan membuka usaha jasa reparasi computer, jasa pengetikan, jual pulsa (kuota) internet, dan lain sebagainya.
Beberapa tips yang dapat dilakukan pada jurus ini adalah susun jadwal harian dengan baik. Pembagian waktu sangat penting untuk menyeimbangkan antara kerja dengan kuliah. Masing-masing harus memiliki porsi yang pas. Kurangi waktu keluyuran dengan kawan-kawan di kampus atau di luar kampus. Jam kerja sedapat mungkin tidak mengganggu jam kuliah. Kuliah tetap menjadi prioritas utama. Kuncinya, kreatif dan kerja keras.
Jurus ketiga, berburu beasiswa. Syarat mutlak untuk mengambil jurus ini adalah nilai yang tinggi dan biasanya baru bisa dilakukan pada semester dua atau tiga setelah IP (indek prestasi) dikeluarkan kampus. Secara geografis setidaknya ada 3 tampat untuk berburu beasiswa. Lokal, saat ini hamper semua daerah kabupaten, kota, dan provinsi memberikan beasiswa kepada putra daerahnya.
Nasional, di tingkat nasional tersedia banyak beasiswa baik yang diberikan olehpemerintah mau pun swasta. Saat ini pihak swasta atau perusahaan-perusahaan multi nasional banyak yang menyediakan beasiswa. Internasional, beberapa Negara khususnya Negara maju banyak menyediakan beasiswa kepada seluruh mahasiswa di dunia. Dengan adanya jaringan internet, beasiswa internasional akan mudah ditemui. Syarat mutlaknya adalah kemampuan berbahasa terutama Bahasa Inggris.
Bagaimana cara berburu beasiswa? Cari informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber, baik yang bersifat pengumuman terbuka maupun melalui kontak personal. Siapkan bahan-bahan persyaratan pengajuan beasiswa sebanyak mungkin. Begitu diperlukan langsung bisa dikirim saat itu juga. Jangan pernah bosan mengirim proposal atau pengajuan beasiswa kemanapun. Sekecil apapun peluangnya, ‘sikat’!
Untuk kuliah gratis tanpa biaya orang tua dapat mengambil salah satu jurus ini (Bapak Angkat, Kerja Part-time dan Berburu Beasiswa), atau bahkan ketiga-tiganya. Masing-masing jurus memiliki tantangan tersendiri. Tapi harus diingat, hanya orang-orang yang memiliki keyakinan dan kemauan yang kuat akan mampu menjalankannya dengan penuh optimisme.
Alhamdulillah, saya bangga telah melewati pahit dan manisnya masa perjuangan itu, walaupun perjuangan itu belum berakhir, hehehe. Manis? Ya, untuk merasakan manisnya perjuangan itu kita hanya butuh pikiran (mindset) positif untuk mengambil hikmah yang tersembunyi. Sewaktu SMA, dengan menjadi ‘office boy’, saya bisa membaca koran gratis, tahu banyak tentang birokrasi, mengerti tabi’at kaum petinggi, dan banyak lagi ilmu lainnya. Dengan jadi kacung tennis lapangan, saya tanpa membayar mahal pelatih untuk menjadi juara tennis. Paling tidak saya masih punya ilmu untuk mengajari anak saya bermain tennis sekarang.
Begitu juga waktu kuliah, dengan tinggal bersama Bapak Angkat, saya tahu arti terima kasih dan banyak belajar tentang ‘Mikul Duwur, Mendhem Jero’. Dengan berjualan, saya dapat ilmu pemasaran yang kemudian membuat saya dipercaya sebagai Manajer Marketing sebuah perusahaan besar. Dengan jualan koran, saya bisa membaca Koran gratis yang membuat saya suka menulis. Saya juga pernah merasakan manisnya kiriman bulanan dari Australia Indonesia Institute – AusAID Scholarship.
Akhirnya, ternyata ada begitu banyak jalan yang terbuka lebar. Dekatlah dengan Allah, kuatkan tekad, dan kerjakeras. Tidak ada kata bersedih hati menjalani dan menghadapi ‘kesulitan’ waktu menuntut ilmu. Optimis! Ingat, pelaut yang tangguh bukan yang dibesarkan di tepi pantai tapi mereka yang mampu melewati ombak dan badai di tengah samudera. Berlayarlah, Sobat!
#BNODOC6103032017
*Akademisi dan Motivator Pendidikan tinggal di Jambi
Discussion about this post